November 9, 2022

Keinginan/Kebutuhan

Pertanyaan what’s your goal terdengar rada cliche di telinga. Akibat terlalu sering dipakai, menghasilkan jawaban template. Dimulai dari interview kerja, ngobrol sama orang, sampai menentukan tujuan latihan olahraga. 

Seperti yang aku share di sharing session @8020project.id tempo lalu, seorang trainer akan lebih baik kalau bisa mengulik goal client berdasarkan apa yang dibutuhkan, bukan hanya mendengarkan dari apa yang diinginkan. Bayangin orang yang sudah beberapa kali ketemu trainers, berapa trainer yang nanya tentang goal? Pasti semua nya. Makanya jarang sekali aku nanya “what’s your goal” ke client baru, karena jawabannya hampir sama semua. Dari  1-10, 9 orang ingin kurusin badan. Wajar menempatkan goal setting dalam bentuk fisik, karena pada umum nya fisik yang terlihat kasat mata masih jadi tujuan utama untuk memulai latihan olahraga. Mayoritas orang juga setting fitness goal nya berdasarkan keinginan yang belum tercapai. Maka itu, daripada mempertanyakan yang jawabannya akan sama, biasanya aku ubah kalimat dengan “apa kendala dari tubuhmu yang mempengaruhi kegiatan sehari-hari?”. 

Kalau ternyata ada, biasanya aku giring untuk kejar itu dulu. Dengan menyadari kendala nya, bisa menjadi goal yang lebih terasa ada di depan mata. Misalnya, pengen bisa jalan kaki tanpa dengkul sakit dan nafas ngos-ngosan atau buang air besar jadi lancar. Hold on, buang air besar? Yes. Salah satu efek dari rajin strength training ialah metabolisme yang membaik. My metabolism is much better now than when I was in my 20s. Ini juga sudah dirasakan sendiri sama clients ku. I have to mention salah satunya @anashzinnia please share di kolom komen! 

Bikin deh layers dari goal kamu. Utamakan yang dibutuhkan tubuh dulu, lalu layer kedua baru yang diinginkan yang biasanya dalam bentuk fisik. Lebih mudah juga untuk mengejar goal yang dibutuhkan tubuh karena less pressure. Kalau konsisten latihan, nanti hasilnya akan muncul bersamaan. 

Punya goal bentuk fisik boleh banget, asal realistis. Pusing trainer nya kalau goalnya pengen badan kayak Kendall Jenner. Mending anda photoshop.

September 11, 2022

Yakin Ini Bukan Denial?


Mungkin sebagian besar dari kalian sudah cukup familiar dengan physical self-love, istilah yang tujuannya untuk mencintai bentuk tubuh sendiri apa adanya terlepas dari standarisasi di masyarakat. Sudah banyak pihak yang menyuarakan campaign ini dengan memberikan efek positif untuk bangga terhadap bentuk apapun fisik yang dimiliki. Sayangnya semakin banyak campaign yang bermunculan, semakin banyak pula individu yang mengartikannya dengan penerimaan diri apa adanya secara berlebihan, terlalu menerima kondisi yang ada sehingga mengesampingkan kesehatan. 

Jadi apa sebenarnya arti physical self-love? Apa kamu benar-benar menerima diri apa adanya atau sebenarnya merupakan perilaku denial

***

Dalam rentang yang cukup lama, hampir semua media, merek fesyen dan merek kecantikan membentuk perempuan berbadan langsing dan laki laki atletis sebagai standarisasi fisik ideal. Secara tidak sadar masyarakat cenderung terbawa untuk mengejar nya sehingga memproduksi tekanan sosial. Padahal secara general population, genetik fisik seperti itu hanya didapatkan oleh sebagian kecil individu. Akibatnya, cukup banyak yang mengalami gangguan kesehatan mental seperti body-dismorphic disorder (BDD), yaitu kondisi kepercayaan yang berlebihan mengenai adanya kekurangan pada bentuk fisiknya atau body-image disturbance (BID) yaitu kondisi selalu merasa kelebihan pada ukuran tubuh dan berat badan dengan output nya berupa eating disorder

Beberapa tahun terakhir, banyak komunitas sosial yang berani menentang konstruksi ini lewat pandangan physical self-love yang lebih bisa diterima oleh semua. Disuarakan untuk mematahkan standarisasi fisik tubuh yang selama ini terbentuk. "Kita berhak memilih bentuk badan yang diinginkan", "Kita bebas mempertahankan ukuran tubuh", atau "Kita harus bisa nyaman dengan tubuh sendiri". Walaupun campaign ini tujuannya mulia, namun semua informasi yang hadir perlu di saring balik pada diri sendiri. Apakah statement ini memberikan efek positif pada diri, atau justru menjadi pembenaran sebagai alasan untuk bisa bersikap malas? 

Keterbatasan waktu pada social media platform sering menyebabkan muncul hambatan dalam memberikan informasi yang mendalam. Sehingga kita sebagai pihak penerima harus lebih kritis dalam mengelaborasikannya. Salah satu pemahaman physical self-love yang ditakutkan akan menjadi trigger kekeliruan ialah dengan mengajak individu untuk menjunjung tinggi kebebasan dalam memilih bentuk tubuh nya sendiri. Walaupun tujuannya positif, hal ini dapat menjadi ajang pembenaran untuk individu yang memang enggan menjalani hidup aktif. Output seperti ini dapat memicu self-deception, yaitu perilaku denial dan irrational dengan menghindari fakta yang sudah terbukti kebenarannya. Berbahaya bila dipercayai oleh individu dengan suatu kondisi penyakit atau memiliki kecenderungan riwayat kesehatan tertentu. Bisa melahirkan sifat pasrah apa adanya dan merasa tidak perlu melakukan perubahan yang menimbulkan rasa ketidakinginan untuk bergerak. 

Menyuarakan physical self-love itu harus tepat dan hati-hati. Fisik orang beragam, begitu juga dengan kondisi kesehatan. Akan lebih baik bila memahami dulu penting nya keadaan fisik lebih mendalam, lalu mendorong diri untuk menjaga nya. Physical self-love itu datang dari hati. It's all about acceptance and maintain your body at the same time. We must love our body by giving the best treatment. Tahu batasan tubuhnya, namun tinggi kepedulian untuk merawat. Mencintai diri dengan menyadari kesehatan harus lebih diutamakan dibandingkan menerima bentuk tubuh sendiri apa adanya tanpa upaya preventif. Semakin bertambah umur, tubuh akan semakin rentan dengan penyakit. Menjaga tubuh caranya bisa beragam, tidak harus dengan olahraga berat seperti para fitness enthusiast yang sedang "in" di social media. Temui kegiatan yang cocok untuk dirimu sendiri. The important thing is to believe in what you do. Jangan cepat terlena dengan statement mengenai cara mencintai tubuh yang mengesampingkan logika. Pintar lah memilah informasi, karena pada dasarnya physical self-love ialah merawat diri sendiri, bukan dengan melahirkan kepasrahan. Penurunan kemampuan fisik akan hadir seiring dengan penuaan, namun, kita bisa memperpanjang masa sehat dengan menjalani hidup yang lebih aktif. 

Perlu dipahami bahwa tidak semua individu mendapatkan kesempatan bisa memprioritaskan diri nya karena tanggung jawab lain yang harus lebih diutamakan. Untuk yang sedang berada dalam fase ini, don't worry. Fase yang sedang kamu jalani bisa jadi ialah mimpi orang lain. So be grateful for what you have now and enjoy your moment. Jalani proses nya pelan-pelan, nanti akan ada waktu nya prioritasmu kembali berubah dan bisa lebih terfokus untuk diri sendiri. Jadi, untuk individu yang memiliki privilege waktu untuk mengurus diri, pergunakan dengan maksimal. Don't take it for granted

Sehat itu nyaman. Sayangi diri dengan mulai menjaga nya dari sekarang. It's never too late.

August 10, 2022

Masanya Menempatkan Emosi

Pilah lah emosi-mu. 

***

Tempatkan rasa emosi kepada orang yang berarti. Pasangan, keluarga dan teman-teman dekat. Rangsangan emosi negatif diluar tiga pilar itu gak perlu di masukkan dalam hati. Apabila mengandung hak asasi, baru boleh bereaksi. Kalau hanya berupa implicit dalam bentuk sindiran atau sekedar dipanas-panasi untuk menampung ego nya, sayangi energi, waktu dan batasi diri. Kita memiliki stress level tersendiri dan cerita masa lalu yang berbeda satu sama lain. Bagaimana meng-handle trauma di past life, sedang ada faktor apa saja yang membuat sedih, marah, kecewa, kadang output nya berbeda-beda. Sering terjadi tanpa sadar jadi attack orang lain. Well, you will never know apa yang sedang terjadi dengan orang ini, but you must be understand kalau setiap orang pernah ada di level insecure, termasuk kita sendiri. Are you the one who makes them feel insecure? Maybe yes but probably no. Sering terjadi saat kita secara subjektif di attack, sebenarnya itu luapan amarah yang poros nya bisa berasal dari mana aja. You don't need to fix them, they will heal themself one day.  Usaha aja untuk being non-judgemental terhadap orang yang sedang loud. Itu ialah respons awam manusia untuk menutupi insecurity. Maka itu gak perlu dilawan emosi nya. Let them attack you. Minta maaf kalau salah, tapi cukup diam kalau gak ada yang perlu diluruskan. We must realize that we are not an angel. Mau bersikap kayak apa, tetap akan ada celahnya untuk gak disukai. Kita gak bisa mengontrol pandangan dan perlakuan orang lain, tapi bisa mengontrol diri sendiri. Baik sama semua orang dan gak mudah ke kepancing emosi adalah contohnya. Di dunia ini manusia jalan bersamaan dengan problem hidup beda-beda. Semua punya cara stress coping mechanism nya masing-masing. Bagaimana bereaksi terhadap suatu trigger, akan menguji how happy our life are. 

Silent is golden.


April 24, 2022

Semesta Tidak Bungkam

Ia selalu berbicara dan membuka jalur untuk seluruh sketsa dalam lukisan hidup kita.
Semesta tidak pernah bungkam.
Mendengar dari setiap doa.
Bereaksi dari setiap langkah.
Ketika hidup sedang membingungkan, sebenarnya Ia mengarahkan.
Di tiap jalan yang ingin dilangkah, Ia membuka.
Peka-lah dengan clue-clue yang mampir tanpa sengaja.
Hidup yang dijalani, memang merupakan pilihan. 
Namun yang terjadi, sebenarnya sudah terlukis jalurnya. 
Karena kita ini hidup dalam naungan-Nya, bukan kebalikan.
Alam semesta mendengar dan memberikan yang dibutuhkan, 
Berbeda dengan kita yang meminta dari apa yang diinginkan. 
Semua yang terjadi, sudah didasari alasan.
Hidup itu roda. 
Kalau kamu sedang dibawah, tunggu aja. 

Selalu akan naik lagi tepat pada waktunya :)

March 1, 2021

Semua Bisa Bicara


Saya rasa, kita semua punya satu kebiasaan yang tanpa sadar sering dilakukan, yaitu menepis kemampuan alam semesta dalam memberikan frekuensi nya. Kadang kita terlena dengan sibuk terhadap diri sendiri. Melakukan rutinitas hidup hanya demi mengejar prinsip. Mengesampingkan komunikasi demi mempertahankan rasa aman, dan menghindar dari masalah hanya karena takut keluar dari nyaman. 

Tuhan itu memberikan semua yang ada di jiwa-raga ini untuk digunakan secara maksimal. Diawali dengan diberikan 100 juta sel saraf dan neuron di otak. Lalu sejalan dengan waktu, seiring berkembangnya proses pendewasaan manusia, dilemparkan balik ke kita. Mau tidak memaksimalkan yang sudah ada? Sesungguhnya sudah disiapkan semuanya dari apa yang diinginkan sampai apa yang dibutuhkan. Walau pemberian-Nya bukan dalam bentuk fisik, tapi Ia berikan lewat kesempatan. Semua disiapkan lewat perantara-Nya, yaitu alam semesta. Universe took a great deal of time orchestrating your journey. Jadi sebenarnya tergantung kita mau menggunakannya apa tidak. Seserius apa kita mau menjemputnya? 

Alam semesta akan memberi bantuan dengan suka cita bila digunakan. Kalau diem aja, ya tidak akan dapat apa-apa. Manusia tidak bisa hanya berdoa, tidak bisa hanya berkutat dalam pikiran sendiri atau membuat kesimpulan hanya dari kacamata dirinya. Kita membutuhkan partikel-partikel yang ada di bumi ini untuk mewujudkan apa yang kita mau. Harus juga mengerti bahwa frekuensi yang dikejar bisa terwujud dengan berani bicara. Keinginan bisa tercapai bila menggunakan komunikasi sebagai perantara. Titik-titik bisa menjadi sebuah garis. Mimpi bisa terwujud dari orang lain. Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup sendiri. Semua membutuhkan bantuan. Termasuk juga mengejar impian-impian yang selama ini kita cari. Yang membuat gagal tersambung hanyalah ego. Sering kali menyelesaikan masalah dengan nutup mata apa yang ada di sekitar kita, terbiasa menciptakan drama di kepala sendiri. Semua bisa terkoneksi dengan komunikasi. Kalau kita memilih untuk peka, universe will respons.


February 5, 2019

Mengepak Sayap Tanpa Batas


Jumat, 9 Januari 2009

--> Semua nama disamarkan demi kepentingan bersama :p

The Trip. Entah apa yang bikin gua pilih pake kaos oblong, stocking bolong, dan heels. Sampe The Trip naik keatas langsung ketemu Bryan yang langsung nyodorin gelas Rock n Roll yang di refill terus kayak air putih. Makin mabok karena nambah shots & "kado special". Mike's selesai main, kita bubar jalan ke Tabac. Sampe Tabac gue cuma numpang dance trus dikasih ornamen bekas xmas, hah udah ganti taun kali. Abis itu gue & Nana dengan ornamen2 yang masih nempel dibadan layaknya pohon xmas berjalan dibawa Bryan ke rumah Dina, bule dari mana tau yang baru kenal tadi. Di mobil makin gila dong pusing nya. Nana juga udah gak jelas bentukannya. Gak kuat jalan, dibopong Bryan langsung dibawa ke kamar tamu numpang tepar dengan harapan dibangunin Bryan pas udah mau pulang. Ternyata, pagi-pagi bangun gue masih dirumah Dina. Rumahnya kosong. Isinya cuma kita bedua dan pembantu plus sampah-sampah bekas beer banyak gila. Kemaren ada party apaan disini gue ngga ngerti. Dina nya aja ngga ada. Bryan apalagi, udah cao brengsek juga tu anak. Liat sekeliling, baru sadar sumpah ini rumah keren abis. Sayang kemaren sampe sini udah black out. Ini aja sekarang hangover parah. Cari panadol sama air putih ketemunya Guinness. Yaudah nge beer lah kita pagi-pagi. Berduaan aja kita bengong di sofa tengah yang GEDE banget. Sofa bekas raja gue rasa. Langit-langit rumahnya tinggi. Dinding penuh sama lukisan keren-keren. Kanan meja makan dari kayu jati, kiri meja billiard, belakang kolam renang. Bosen nge beer kita cabut sambil bilang makasih ke mbak nya yang bingung ngeliatin kita kayak liat setan, fak. Pasti rambut gue kusut banget. Keluar gang nyari restoran tau nya langsung nyampe depan Bread N Breakfast. Oooo ini di kemang toh. Yaudah turun lah kita disana. Semua orang liatin. Tampang make up bekas semalem, gue kaos oblong stocking bolong, bahkan si Nana masih pake boots. Meja sekitar para keluarga bawa anak dan kita punya setting-an muka yang jelas-jelas keliatan belom pulang. Gue aja lupa kapan terakhir gue pulang.

*******

Tulisan diatas ialah salah satu isi diary saya saat sedang dalam edisi gak pernah mau pulang, dan ini salah satu yang "normal" dari sekian cerita di dalam nya. Selene, salah satu temen dekat yang kaget melihat kegilaan saya saat itu kasih buku untuk nulis. Katanya "Kei, tulis deh apa aja yang lo rasain & keseharian lo. Yakin ini bisa jadi salah satu terapi keluarin unge-uneg dan emosi yang gak bisa lo ceritain ke gue", dan dia benar. Dengan menulis, emosi yang ada surprisingly bisa tersalurkan dengan sendirinya. Kala itu, saya berada di fase yang bawaannya pengen berontak. Masa dimana saya gak suka dengan apa yang ada di diri saya. Benci dengan keadaan yang ada, apapun itu. Rutinitas jadi anak kalong yang tiap hari dimulai dari kuliah kreyep-kreyep bekas party semalem, trus ke rumah temen yang jadi basecamp saya di pondok indah untuk nap, bangun untuk dinner, lanjut kamar mandi untuk muntah sampe perut kosong (Yes, saya dulu Bumilia), ganti baju party, pergi kemana pun & sama siapa pun sampai matahari terbit, pulang ke basecamp untuk tidur sebentar, bangun kuliah lagi tanpa mandi kadang baju semalem dengan tambahan cardigan, repeat dari awal lagi. Gitu terus sampai mendadak saya dipaksa meninggalkan itu semua untuk bikin skripsi (untung aja masih ada warasnya). Kondisi jauh dari stabil ini merupakan pemberontakan anak muda dari rutinitas yang selama ini dijalani. Semua harus serba abnormal. Dimulai dari mencari lingkungan baru, menjaga jarak dengan keluarga,  menjadi anak yang bebas tanpa aturan, merombak cara berpakaian, dan segala hal yang bertolak belakang 180 derajat. Kala itu, peer group yang terbentuk dari SMA & kuliah dirasa nggak ada yang merasakan depresi & melihat segala sesuatu dari perspektif yang sama dengan saya. Dimulai dari broken heart, loneliness, keinginan untuk self harm, dan lainnya. Menemukan orang-orang yang memiliki self concept rendahnya sederajat bahkan lebih parah membuat mereka masuk pada comfort zone saya yang baru.

Orang banyak yang berfikir bahwa remaja merupakan fase terberat. Padahal, transisi dari remaja ke dewasa muda yang secara umum dimulai umur 18 - 20 tahun juga harus menjadi perhatian. Ada beberapa diantara mereka melewati nya tanpa kerikil, namun ada juga yang diawali dengan jatuh-bangun seperti saya. Yang nama nya transisi itu pasti butuh penyesuaian. Jika seseorang tidak siap masuk dalam tahap ini, dia akan kesulitan untuk menyelesaikan tahap perkembangannya. Persoalannya bisa luas sekali karena bisa dari segi mana pun. Fase dewasa muda merupakan tahap pertama kemandirian dalam segala hal. Dimulai dari masuk dunia kerja yang kadang menimbulkan keterasingan sosial, memiliki perubahan nilai pertemanan yang ingin diterima pada kelompok sosial & ekonomi tertentu, pertama kali dipaksa oleh orang tua untuk bisa hidup pakai uang sendiri walaupun beberapa ada yang beruntung masih mendapatkan support, dan yang paling terasa ialah merasakan cinta pertama yang banyaknya berakhir dengan broken heart. Mereka yang mengalami gagal dalam salah satu atau beberapa dari perubahan ini akan mengalami yang disebut isolasi, yaitu merasa tersisihkan, kesepian, dan menyalahkan diri karena berbeda dengan orang lain. Ini yang saya rasakan PERSIS. Banyak para dewasa muda awal tanpa sadar mengalami depresi karena merasa perubahan yang muncul terlalu berat untuk dipikul. Ketakutan atau kemarahan dari kegagalan yang ia rasakan tersalurkan dengan pemberontakan yang diakibatkan perkembangan emosi yang belum stabil.

Namanya transisi itu pasti hanya sementara. Perkembangan menjadi dewasa muda seutuhnya akan hadir pada waktunya. Tidak ada patokan umur karena setiap individu berbeda. Pemberontakan yang dilakukan di masa ini memiliki sisi negatif di sosial, yaitu judgemental yang biasanya akan melekat sampai ia dewasa sepenuhnya. Kembali lagi membicarakan pola masyarakat yang suka menilai segala sesuatu dari apa yang terlihat, mereka yang sedang memberontak di masa transisi ini menjadi korban. Selalu ada akibat dari semua perbuatan dan perlu disadari bahwa image yang dibentuk oleh sosial sulit sekali diganti. Dia yang pernah menjadi drugs addicted, dia yang pernah suka tidur sana-sini, dia yang pernah suka naik meja bar, dan contoh lain nya memiliki kesulitan untuk memperbaiki image nya. Saya pun butuh perjuangan untuk menepis persepsi buruk orang-orang. Gak gampang lari dari sanksi sosial. Mereka hanya melihat tanpa ingin mengerti. Korban-korban ini yang harus pintar unjuk diri. Kita hidup memang diatas panggung kok. Namun kalian yang menjadi penonton coba lah untuk bersikap lebih manis. Semua orang memiliki masalah berbeda-beda. Tidak semua orang depresi terlihat murung. Bila menemukan anak muda yang hobi nya begajulan gak karuan, jangan dikatain dong. Apa yang kalian lihat, bisa jadi hanya interpretasi dari tekanan yang dihadapi. Kita hidup sama-sama seharusnya saling support. Khususnya para teman yang malah bicara di belakang bukannya menolong.

Yah, semua memang ada masa nya. Masa muda memang paling seru. Paling gila. Paling bikin geleng-geleng kepala. Tapi disini, disaat momentum terbaik dalam hidup, image baik terhancurkan. 

September 19, 2018

Netizen Grammar Police yang Maha Kuasa



Bagi kamu yang terbiasa menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa sehari-hari, menulis kalimat bahasa inggris dengan grammar yang benar merupakan hal yang mudah. Sama hal nya dengan kamu yang menggunakan bahasa indonesia sebagai bahasa ibu, tentu menulis dalam bahasa indonesia bisa dilakukan secara otomatis tanpa mikir panjang. Kita di Indonesia beruntung akses bahasa inggris ada di mana-mana. Coba kalau kalian lahir di Cina, Jepang atau beberapa negara Eropa seperti Perancis dan Rusia, film di bioskop & TV semua di dubbing ke bahasa mereka. Kalau disini enak hanya menggunakan subtitles. Lagu, buku, akses website, semua mendukung & membuat Indonesia memiliki kemampuan bahasa inggris lebih baik dari negara-negara diatas. Namun tetap ada perbedaan antara masyarakat "beruntung" dan "tidak beruntung". Beruntung bila kamu ditempatkan di sekolah billingual atau bahkan Internasional yang semua menggunakan bahasa Inggris. Untuk yang di sekolah lokal, permasalahannya homogen, butuh usaha untuk belajar bahasa inggris secara mandiri sehingga memiliki kecenderungan kekurangan yang sama, yaitu grammar yang lemah 

Dulu saya pernah membahas mengenai pola masyarakat Indonesia yang hidup berkelompok. Takut berdiri sendiri, saling tergantung pada orang lain. Apabila kalian perhatikan, orang Indonesia jarang yang berdebat di kelas, cenderung diam karena tidak berani speak up, jarang yang berani untuk menjadi yang pertama. Itu ialah karakter yang terbentuk akibat hidup berkelompok, yaitu malu untuk salah dimata orang lain. Banyak masyarakat Indonesia yang sebetulnya lancar bahasa inggris namun malu karena takut dinilai oleh lingkungannya. Makanya banyak yang lebih percaya diri bicara bahasa inggris dengan orang bule dibandingkan dengan orang Indonesia, karena takut apabila grammar nya salah, akhirnya di judge gak pinter. Kalau orang bule itu mereka biasanya lebih menghargai, karena tau kalau bukan bahasa ibu. Nah Grammar police ini tanpa sadar membuat orang-orang yang sedang belajar menjadi ciut, bukannya memberikan support yang berarti, malah mengurungkan niat mereka untuk belajar lebih baik.

Semua orang diajarkan sopan santun. Bagaimana cara berpakaian sesuai dengan tempatnya, bagaimana kita memilih tata bahasa sesuai dengan siapa kita berbicara, termasuk juga dengan bagaimana cara kita menegur orang lain dengan baik. Saya senang sekarang sudah banyak media untuk belajar bahasa inggris yang gak ngebosenin. Salah satu nya bisa cek Fix Production di Youtube, perlu saya mention karena ini salah satu wadah yang baik dalam memberikan pengetahuan bahasa inggris yang benar dengan cara yang fun. Namun, kebalikan dari itu semua, sesuai dengan judul diatas, saya terganggu sekali dengan para grammar police yang lupa akan tata krama. Paling sering terjadi untuk caption di media sosial dengan grammar inggris yang salah, dikoreksi lah oleh grammar police yang Maha Kuasa di kolom komentar, dimana bisa dibaca oleh semua orang. Boro-boro temen, kadang-kadang gak kenal. Sering saya temui di kolom komentar instagram influencer. Memang saya akui banyak beberapa grammar nya acakadut, ngasal nulis yang emang salah nya itu kalau dinilai bisa D-. Tapi banyak juga yang grammar nya kalau dinilai sudah bisa mencapai B+ atau bahkan A-. Tinggal poles dikit. Grammar police sebetulnya memiliki peran yang penting, karena menjadi guru gratis. Gak usah bayar EF bu, udah ada yang dengan senang hati mengoreksi. Tidak salah bila ingin membenarkan yang salah, namun perlu dipahami bahwa menjadi grammar police bukan untuk ajang bully di ranah umum dengan mempermalukan mereka. Namanya juga bahasa kedua, wajarlah kalau salah-salah sedikit. Misalnya got mustinya get, atau I has been mustinya I have been. Haruskah kamu bersikap angkuh? Haruskah seakan memberi statement kepada orang-orang yang baca kalau kamu itu yang pintar dan dia itu yang bodoh? Sepenting itu kah ego kamu untuk merendahkan orang lain? Disaat menemukan ada grammar inggris gak tepat di salah satu akun media sosial, sebelum menjadi keyboard warrior, tanya dulu pada diri sendiri, Am I being helpful..... or just an asshole?

Bahasa indonesia ialah bahasa utama yang digunakan oleh masyarakat disini, jadi hargai lah orang yang sedang belajar bahasa inggris. Kapan bisa maju kalau dikit-dikit salah langsung dipermalukan? Tidak semua memiliki orang tua yang mampu menyekolahkan anaknya di sekolah bilingual atau internasional. Tidak semua juga mendapatkan kesempatan bersekolah di sekolah yang mengajarkan bahasa inggris dengan benar. Semua memiliki cara belajar bahasa inggris masing-masing. Jadi, kepada grammar police yang terhormat, kalau menemukan ada grammar yang salah, kirim aja direct message, jelasin salah nya dimana biar orang nya bisa langsung edit dan ngerti. Sesungguhnya dengan  mengoreksi di kolom komentar itu tidak ada beda nya dengan para netizen kelas cabe yang suka bully di Lambe Turah, atau yang suka komentar di akun artis "kak kok gendutan sih, diet napa". Berbuatlah baik ke semua orang. Bersikaplah sesuai dengan tata krama. Hindari menjadi orang yang sok pintar. Bila ingin mengajarkan, beritahukan dengan cara yang tepat.

Lepas seragam grammar police yang dipakai bila bertujuan untuk merendahkan orang lain. Pakai apabila ingin menjadi guru yang benar. Ingat bahwa manusia tidak ada yang sempurna dan tidak ada yang pantas untuk dipermalukan.

Kamu pun juga.