November 22, 2011

Sosialita MY ASS



Mau share aja sebenernya tentang seberapa enek nya gue sama sosialita-sosialita di Jakarta. Tante-tante kaya yang sebagian besar dari uang suami nya. Liat aja di majalah lifestyle yang banyak menampilkan foto-foto para sosialita yang kebanyakan ngaku sebagai sosialita. Sosialita kok ngaku? Aneh. Ga perlu deh disini gue jabarkan secara jelas apa arti sosialita yang sebenarnya. Karena disini gue ingin membahas tentang sosialita yang menyimpang. Kalau kita menertawakan make up nya Syahrini yang kelewat batas menor manusia, bagaimana dengan mereka? Maaf bagi sosialita yang beneran sosialita dengan tata krama yang baik dan penampilan yang oke. Tapi diri kalian sudah dirusak oleh para socialita KW yang buat nama socialita dimata saya jadi JELEK BANGET.

Punya duit ya tolong dong sewa stylist pribadi gitu. Jadi dari atas sampe bawah ngga motif macan semua. Atau rambut blonde gak menentu. Atau pipi kerasnya hasil botox. Berdiri gagah dibelakang nama suami atau keluarga nya yang kaya raya trus menggunakan power nya untuk hal yang tidak penting. Misalnya membesarkan namanya untuk acara Charity yang belakangan ini terkuak bahwa itu ternyata palsu. Ataupun bayar akun blog sosialita agar diliput. Ataupun hal yang memalukan namun benar terjadi adalah beli puluhan  tas branded namun ternyata cicilannya ga dibayar-bayar. 

Mungkin pikiran gue sempit, tapi tiap datang ke acara yang layaknya seperti masuk ke kandang binatang yang haus brand,  langsung pengen pulang. Gak suka aja berada di posisi dipretelin dari atas ke bawah. Gue gak pake brand mahal tapi tampang gue jauh lebih bagus dari lo deh. Si geng-geng para Sosialita KW ini kalo duduk satu meja isinya tas mereka semua, udah ga ada space lagi buat piring. Sekalian show off lah pasti kan takut juga pake tas mahal tapi orang orang gak liat.

Nah ada lagi sekarang geng anak-anak nya yang sifatnya mau ga mau sama. Gue samasekali gak keganggu dengan mereka pake tas 100 juta dan Heels puluhan juta itu. Bagus banget emang. Tapi lagak nya itu loh ampun. Gue gak mempermasahkan dengan barang mewah yang mereka pake, gue juga suka kok liatnya tapi jangan jadi ngerasa paling wah dan tanpa bicara mereka bisa bilang "Hi, gue nih sosialita muda". Huek. Pilih-pilih temen. Dia anaknya siapa, dia temennya siapa, dan lain halnya yang dimana semua kriteria untuk jadi temennya itu diukur dari harta. Doh.
Balik lagi ke pembahasan sosialita KW. Kenapa sosialita KW? Karena mereka itulah yang menyebut dirinya sosialita. Sama seperti anak gaul yang menyebut dirinya gaul, orang jadi bisa liat kalau dia adalah gaul palsu. Nah, gaya sih ga ada bedanya sama ayam-ayam nya bule di Red Square tapi bedanya ini printilannya aja harga minimalnya 15 juta. Beda kelas, tapi setipe. Yang satu ngejar bule, yang satu ngejar image. Contohnya lagi nih ya, yang bener-bener orang kaya nya itu pasti baik, tapi temen-temen nya itu yang belagu. Nah mereka ini yang Sosialita KW.

Sosialita MY ASS.

September 22, 2011

Curhat


Kerjaan gampang, pulang cepet, banyak waktu luang, gaji dikit ngomel.
Ga kerja, waktu luang banyak banget, ga ada duit ngomel.
Kerjaan seru, gaji oke, pulang malem tiap hari, ga ada waktu luang ngomel.

Mau lo apa.

July 15, 2011

HAI CEWEK!


Dia adalah seorang waria.
***
Maksud saya wanita.
Atas permintaan tidak tertulis darinya,
yaitu "TERUS PERHATIKAN SAYA"
Maka satu post khusus dipersembahkan untuknya.
Tentangnya.
***
Kata orang "Don't judge a book by its cover".
Tapi kalo dari sampul bukunya aja udah jelek, ngapain beli?
***
Saya kira, cerita-cerita di novel dan film tentang anak muda yang menggambarkan sosok wanita menjijikan yang selalu merasa cantik, dikejar-kejar semua cowo, menarik, gaya, gaul, bisa berbuat apa saja karena orang akan minder padanya, diperhatikan banyak orang, cuma ada di cerita dongeng, sinetron dan film Hollywood saja. Miris. Saya bodoh. Tuhan memberi pencerahan bahwa dongeng memang nyata dengan mengirimkan saya untuk duduk di meja kantor yang letaknya hanya 5 meter dari dia.

Gambaran dirinya adalah seperti ini:
Bayangkan sesosok wanita berparas sedang. Keinginan memiliki wajah cantik memotivasi dirinya sehingga segala jenis make up malam diusapkan pada wajahnya, di pagi hari. Dengan rambut hasil catokkan minimal 1 jam sebelum kantor, baju yang sebisa mungkin mirip dengan yang ada di majalah, heels yang dikiranya orang tidak bisa menebak bahwa itu heels murah, dan tas yang dikiranya orang akan menebak bahwa itu tas mahal. Kelakuan nya yang merupakan "isi" dari sampulnya lebih fenomenal lagi. Saya percaya ia wanita normal yang memiliki rasa toleransi. Namun terlalu merasa ia yang paling populer atau paling asik jadi nya mengganggu sekitar, terutama saya. Bayangin aja. Dari awal saya mulai kerja, dia ga akan mau liat balik kalo lagi saya liatin, maksud dia hidupnya seperti artis yang dikenal semua orang. Saya itu tadinya pengen senyum, eh dia selalu buang muka. Trus disaat orang lagi utak-atik proposal yang butuh konsentrasi, dipasanglah lagu-lagu party masa kini dengan volume yang KERAS. Beberapa lagu, ia akan turut menyumbang suara. Bagaikan di ruangan karaoke terbuka tanpa mic. Lagu nya untuk dunia gemerlap, ditambah suara dia yang pitch control nya sangat tidak dijaga. Menganggu? Itu pasti.

Saya anak baru di kantor. Belum saatnya belagu. Belum ada alasan juga untuk belagu. Tunggu sampai kerjaan beneran banyak dan butuh konsentrasi tinggi di pagi hari. Begitu dia pasang lagu dengan sumbangan suara cemprengnya, mari berduka bersama. Kita tunggu kotak tissue saya sampai di mukanya.

May 17, 2011

Si Zodiak yang Terkenal


Zodiak dari jaman dulu sampai jaman modern merupakan suatu kepercayaan yang cukup mempengaruhi tingkah laku seseorang. Hampir semua orang membicarakan zodiak, lalu menjadi psikolog dadakan kalau baru ketemu orang baru dengan zodiak yang menarik. Kalau pandangan saya, orang-orang yang lahir di bulan yang sama bisa memiliki sifat dasar yang sama itu mustahil. Semua ini pemahaman manusia saja. Saya gak pungkiri bahwa sifat orang-orang di zodiak yang sama secara garis besar akhirnya menjadi sama, tapi bukan karena tingkah laku bawaan seperti yang dipercayakan oleh orang-orang, namun merupakan tingkah laku yang dipelajari di lingkungan. Dari kecil si anak yang lahir di bulan November udah di brainstorming mengenai sifat-sifat bawaan manusia dengan bintang Scorpio. Masuk remaja mulai suka baca & browsing sifat bawaan dari tiap zodiak dan pada akhirnya secara otomatis membenarkan sifat yang ada dirinya persis seperti yang dijelaskan di majalah. 

Kalau diulik dari sejarahnya, zodiak merupakan peninggalan kepercayaan agama yang lama ditinggalkan oleh suku Assyria dari Near East. Sama seperti tanggalan akurat yang sekarang kita pakai, nama-nama zodiak juga berasal dari agama mereka yang kemudian dikembangkan oleh orang Yunani. Orang Yunani percaya bahwa nasib seseorang ditentukan dari tanggalan kelahirannya dan dewa atau pahlawan yang melindunginya, lalu dikelompokkan dalam bentuk simbol-simbol. Penemuan mengenai Zodiak yang dianggap sangat menarik membuat astrologi modern tetap mengembangkan dan mempertahankannya, yang kemudian dengan mudah dipercaya sebagai tolak ukur sifat dasar kita.

Atas kesoktahuan saya, saya masih ingin menjelaskan bahwa sifat bawaan itu tidak ada hubungannya dengan Zodiak. Namun sifat yang dibentuk akibat dari lingkungan dengan mempelajari secara detail mengenai sifat masing-masing zodiak ini yang berperan penting. Bagaimana sesama individu dengan tanggal lahir di bulan yang sama bisa merasa ketemu kembaran ya karena sama-sama belajar mengenai sifat zodiak yang sama. Sebenarnya wajar saja kalau mau menjalani hidup berdasarkan latar belakang zodiak masing-masing. Asalkan jangan menyalahkan zodiak atas sifat buruk yang kamu lakukan. Entah kenapa temen saya dengan zodiak Leo paling sering justifikasi mengenai sifat negatif nya yang dikaitkan dengan kalimat "Gimana dong, gue emang Leo banget". Ya gak begitu konsepnya. Sifat negatif itu diperbaiki, bukannya dipertahankan demi Zodiac Pride. Sifat buruk ada di dalam individu masing-masing, jangan berlindung di bawah payung zodiak karena dia gak salah apa-apa. 

Walau panjang lebar menjelaskan pandangan mengenai zodiak, bukan tandanya saya nggak pernah baca artikel mengenai zodiak. Dalam memilih pasangan, saya cukup rajin mempelajari zodiaknya karena yakin terdapat hubungan signifikan antara pola berpikirnya dengan tingkah laku yang sudah terpengaruh dari zodiak yang telah ia pelajari. Jadi, kamu zodiak nya apa tadi?

May 4, 2011

Kronologis Sang Bangkai


 Harimau Jantan ini suka sekali dengan tantangan. Ia selalu ingin menang. Hidupnya keras. Tidak ada yang mengerti dirinya termasuk dirinya sendiri. Ia membenci dirinya. Banyak yang membenci dirinya. Teman perkumpulannya pun bermuka dua kepadanya. Hanya rasa iba dan takut ia akan mematikan dirinya sendiri. Kelakuannya yang menyebabkan ia membenci bayangan dirinya sendiri. Seekor harimau betina termasuk didalam tantangannya. Namun ketika ia sudah merasa menang, ia pun pergi tanpa kejelasan dan mencari tantangan lainnya. Ia hidup dalam balutan masa lalu. Masa lalu yang menenggelamkan masa kini dan masa depannya. Masa lalu yang memblok dirinya untuk berkembang. Masa lalu yang dirasanya merupakan masa lalu terberat dibandingkan harimau jantan lainnya. Sampai suatu hari nanti, harimau jantan ini ditemukan sudah berbangkai. Terbelenggu oleh keinginan dari masa lalunya yang tidak tercapai.

March 1, 2011

Mendadak Anak Kos

 Tahun 2006. Saya masuk universitas di UI Depok. Biar berasa jadi anak kuliahan dengan kesederhanaannya saya pun memilih untuk mencari kos-kos an. Sempat pula saya putus asa dan memilih untuk pulang-pergi naik mobil aja karena ternyata semuuuuuaaa kos yang saya temui WC nya JONGKOK. Anak mami nih. Banyak mau. WC harus duduk dan kamar full AC. Ditemuilah tempat kos yang menyanggupi kriteria saya. Tapi jalan kaki dari kos ke kampus 15 menit + nyebrang jalan. Lah gua mana bisa nyebrang? Solusinya jadilah si Selene Siregar anak baru juga yang baru saya kenal "setan-setanin" untuk kos di tempat saya juga karena WC dan AC itu mutlak adanya. Kalau masalah nyebrang jalan saya masih bisa pinjem tangan orang, nggak peduli mau tangan tukang parkir sekali pun. WC, AC, teman nyebrang: sudah terpenuhi. Ternyata si Selene mengajak 1 teman lagi untuk kos di tempat saya. Cindy, keturunan Chinese. Selene campuran Jerman. Saya, Indonesia tulen. Lucu kalo dilihat jalan bareng.

Tuhan memang sayang sama saya. Tempat kos itu tepat bersebelahan dengan rumah tante yang sebenernya, baru tahu namanya saat mama minta tolong dia untuk menjaga saya selama di kos. Hasilnya? Tiap pagi makanan enak dianter untuk sarapan. Namun ternyata masih ada kendala. Kos tidak ada pembantu seperti dirumah yang bisa beresin tempat tidur, nge pel, dan sikat kamar mandi. Selene & Cindy sih mandiri. Tapi mereka menolak untuk membersihkan kamar mandi saya juga (ya iyalah). Dasar anak manja, saya bayar deh si Emak. Panggilan sayang kita pada penjaga kos yang badannya BESAR. Bukan gendut, tapi besar. Yes. Lebih seram dari satpam. Lebih galak dari ibu tiri di sinetron. Tapi baiknya bukan main sama kita, terutama sama saya. Money talk. Tiap minggu kamar saya bersih dan wangi. Tidak jarang juga cemilan mampir ke kamar saya.

Pertemanan saya, Selene, dan Cindy menjadi semakin erat. Kita menjadi saling mengerti satu sama  lain. Yang ingin saya sampaikan sebenernya: mereka sudah sangat mengerti saya. Setiap saya teriak dari dalam kamar, kadang Selene datang refleks bersama dengan sapu. Bukan untuk bersih-bersih, ingat dia sahabat bukan pembantu. Tapi saya itu jijik banget sama kecoa dan cicak. Dia tahu benar pasti saya minta dia usirin atau bunuh. Hebat kan? Kadang saya jahat juga ketika posisi dia sudah diluar kamar dengan cicak di sapunya saya tutup juga pintu nya supaya cicak nggak masuk lagi. Cindy, otak nya memang luar biasa siap men tutor saya kapanpun saya minta.

Disini saya merasa beruntung. Tuhan tahu betul saya manja nya seperti apa. Dikirimkanlah orang-orang ini untuk membantu saya. Namun akhirnya satu hal saya pelajari dari kos disini: menjadi orang yang sangat berani nyebrang jalan. Selebih nya? Sama saja.

February 7, 2011

Labeling

"Hidup glamor memicu seseorang menjadi selektif memilih teman berdasarkan apa yang ia miliki"

Khususnya pada wanita. Begitu ia diperkenalkan oleh seseorang, obrolan akan berlanjut bila orang itu menenteng tas mahal. Hermes, Chanel, Balenciaga, Alexander McQueen Novak, Fendi, Louis Vuitton, Prada, dan sejenisnya. 

Keinginan untuk diakui sebagai kelompok "atas" membuat perempuan haus untuk membeli tas dengan brand yang mewah. Labeling, sebuah kata yang sangat berperan di lingkungan sosial. Membentuk seseorang untuk mengejar labeling tertentu untuk dikenal orang. Di lingkungan saya bergaul, sering kali orang disekitar yang saya belum dan sudah kenal memilih labeling atas dirinya sebagai "orang kelas atas". Tas branded adalah hal yang paling utama. Saya sangat mewajarkan untuk orang-orang yang selalu mengejar tas branded, karena tas dengan brand yang mahal itu dari segi model hingga kualitasnya sangat memuaskan. Saya kalau ada duit lebih, pasti akan memilih tas Chanel dibandingkan tas Topshop. Namun bukan kualitas yang ingin saya angkat disini, melainkan tas branded yang selalu berhasil mengangkat reputasi seseorang. Seorang wanita yang menenteng tas Hermes Birkin (versi asli tentunya) akan lebih dilihat orang lain dibandingkan wanita yang menenteng tas yang ngga jelas brand nya. Sedih lihat kondisi seperti ini? Ini fakta. Saya hidup di Jakarta sehingga saya melihat dari segi wanita muda di Jakarta, saya tidak tahu kalau diluar negeri seperti apa kondisinya. Tentu tidak semua wanita muda di Jakarta seperti ini. Hal ini terjadi hanya di tempat pusat kota anak Jakarta bergaul. Potato Head, Loewy, Dragonfly, Social House, Jack Rabbit, dan sejenisnya. Tempat-tempat ini isinya minuman-minuman dengan harga kelas atas. Mereka men-set tempat itu untuk didatangi kaum kelas atas. Dari harga dan tempatnya yang high class, yang suka bersosialisasi dengan menguras uang akan menyukai tempat ini.
Labeling, sekali lagi berperan penting untuk orang-orang yang suka bersosialisasi di tempat mewah. Semua orang mengejar labeling tertentu. Hal yang saya sesali adalah, orang-orang yang yang berada di kelas atas dan kelas sok atas memilih teman berdasarkan latar belakang keluarnya, tas yang ia pakai, mobil yang ia punya, jam tangan yang ia miliki, dan perlengkapan lainnya. Untung teman saya nggak ada yang seperti itu. Ada sih yang "ingin" seperti itu tapi toh dia tetap mau temenan sama saya yang nggak selalu pakai barang mewah. Waktu saya kehilangan tas di Blowfish beberapa bulan lalu, selagi heboh seluruh security dan teman saya mencari hingga ke pelosok ujung meja, muncul seorang cewe yang temen nya temen saya. Cantik, rambut bagus, tas Gucci (sudah kebaca dia tipikal anak pengejar labeling "atas"), menghampiri dan bertanya "Tas nya hilang? Merek apa sih emangnya?". Saya  menjawab ngasal "LV paling baru gue baru beli". Dengar saya bilang gitu dia langsung heboh. Padahal tas yang ilang saya cuma beli $5, barang sale di Perth. Setuju nggak kalau dia secara nggak langsung minta ditendang kaki nya pake heels dan dijambak sampai pitak? Situasi seperti itu pun masih ada labeling penting atau tidaknya tas itu hilang. Kalau kalian suka ke tempat-tempat yang saya sebutkan diatas, pasti sering lihat orangnya. Saya juga sering lihat, sampai sekarang masih sapa menyapa kalau ketemu dan kadang ngobrol basa basi. Tapi dia, untuk jadi teman saya? Tidak akan. Dia terkenal memilih teman berdasarkan status sosialnya, semakin tinggi, semakin  ia terima. Saya, memilih untuk menjauhi orang dengan kriteria milih-milih teman model seperti itu. Kampungan, kayak orang kaya baru dan noraknya maksimal. Bukan dia saja, banyak yang saya temui seperti itu.

Pekerjaan? Selevel sama saya. Duit banyak darimana? Orang tua.

Trus dependent kayak gitu lo banggain?

Hhhhhh.