July 15, 2011

HAI CEWEK!


Dia adalah seorang waria.
***
Maksud saya wanita.
Atas permintaan tidak tertulis darinya,
yaitu "TERUS PERHATIKAN SAYA"
Maka satu post khusus dipersembahkan untuknya.
Tentangnya.
***
Kata orang "Don't judge a book by its cover".
Tapi kalo dari sampul bukunya aja udah jelek, ngapain beli?
***
Saya kira, cerita-cerita di novel dan film tentang anak muda yang menggambarkan sosok wanita menjijikan yang selalu merasa cantik, dikejar-kejar semua cowo, menarik, gaya, gaul, bisa berbuat apa saja karena orang akan minder padanya, diperhatikan banyak orang, cuma ada di cerita dongeng, sinetron dan film Hollywood saja. Miris. Saya bodoh. Tuhan memberi pencerahan bahwa dongeng memang nyata dengan mengirimkan saya untuk duduk di meja kantor yang letaknya hanya 5 meter dari dia.

Gambaran dirinya adalah seperti ini:
Bayangkan sesosok wanita berparas sedang. Keinginan memiliki wajah cantik memotivasi dirinya sehingga segala jenis make up malam diusapkan pada wajahnya, di pagi hari. Dengan rambut hasil catokkan minimal 1 jam sebelum kantor, baju yang sebisa mungkin mirip dengan yang ada di majalah, heels yang dikiranya orang tidak bisa menebak bahwa itu heels murah, dan tas yang dikiranya orang akan menebak bahwa itu tas mahal. Kelakuan nya yang merupakan "isi" dari sampulnya lebih fenomenal lagi. Saya percaya ia wanita normal yang memiliki rasa toleransi. Namun terlalu merasa ia yang paling populer atau paling asik jadi nya mengganggu sekitar, terutama saya. Bayangin aja. Dari awal saya mulai kerja, dia ga akan mau liat balik kalo lagi saya liatin, maksud dia hidupnya seperti artis yang dikenal semua orang. Saya itu tadinya pengen senyum, eh dia selalu buang muka. Trus disaat orang lagi utak-atik proposal yang butuh konsentrasi, dipasanglah lagu-lagu party masa kini dengan volume yang KERAS. Beberapa lagu, ia akan turut menyumbang suara. Bagaikan di ruangan karaoke terbuka tanpa mic. Lagu nya untuk dunia gemerlap, ditambah suara dia yang pitch control nya sangat tidak dijaga. Menganggu? Itu pasti.

Saya anak baru di kantor. Belum saatnya belagu. Belum ada alasan juga untuk belagu. Tunggu sampai kerjaan beneran banyak dan butuh konsentrasi tinggi di pagi hari. Begitu dia pasang lagu dengan sumbangan suara cemprengnya, mari berduka bersama. Kita tunggu kotak tissue saya sampai di mukanya.