December 31, 2015

It's the last day of the year!



Saya ialah tipe orang yang sangat suka menikmati hari-hari penting versi mainstream, seperti tahun baru, valentine, halloween, christmas dan lainnya. Pada saat itu, orang-orang merayakannya dengan tujuan yang sama, akhirnya membuat moment yang berbeda dari hari biasa. Contohnya, Christmas dinner bersama The Yahyas (keluarga dari mama) ialah my favorite dinner of the year. Kami sebetulnya sering sekali kumpul bersama, tapi dinner yang ini berbeda dari dinner-dinner lainnya. Christmas tree, lagu natal yang dipasang, menu roast beef yang hanya ada setahun sekali, hingga bagi-bagi kado for the kids, every details membuat suasana menjadi sangat homey. Berkat film-film christmas yang identik dengan liburan dan tanggal nya yang jatuh 6 hari sebelum tahun baru membuat Christmas tidak lagi dirayakan hanya oleh agama nya, namun sudah masuk pada lifestyle di seluruh dunia. Saat Halloween pun seperti itu, ambiance nya seru banget karena sudah menjadi lifestyle untuk merayakannya dengan mengenakan kostum semaksimal mungkin. Gak ada hari lain selain hari itu yang bisa mengenakan kostum super niat tanpa diliat aneh secara berjamaah. Nah, pada saat tahun baru, suasana nya itu all-out. Tagline "A new year means a new for everything" sepertinya banyak dijalankan oleh orang-orang.  Either it's a new hope, new resolution, new dream, or other things. Soalnya menurut saya, banyak orang yang mempercayai bahwa new year is like a blank book. Jadi semua orang yang merayakannya otomatis happy dan lebih friendly pada saat itu. Saat new year ini pula banyak orang yang membuat resolusi untuk setahun kedepan, termasuk saya. Maka itu di hari terakhir sebelum masuk  tahun 2016, ingin saya membawa anda flashback tentang apa saja yang saya alami di tahun ini

***

Dari tahun ke tahun saya selalu merayakan NYE di tempat yang berbeda-beda, merayakan nya juga dengan tim yang berbeda-beda. Tapi khusus tahun 2015, New Year Count Down dilewati dengan nonton TV sendirian. Awalnya itu saya minta untuk diopname sehari supaya panas nya turun, karena 2 hari kemudian mau liburan bareng teman-teman yang lain, tapi apa daya besok nya dong malah divonis demam berdarah. Jadilah homses di rumah sakit selama 7 hari. Jadilah saya cuma bisa liat fireworks di seluruh negara dari layar TV. Apes nya hari-hari pertama tahun 2015 dan gagal nya liburan bareng 10 teman-teman ke Hongkong untuk new year memotivasi saya untuk membuat sebuah resolusi. Resolusi nya ialah bisa menikmati hasil jerih payah sendiri dengan foya-foya, dengan kata lain pembukaan awal tahun yang ngeselin harus dibalas dengan kesenangan selama setahun kedepan. Resolusi nya gak bagus sih sebenernya, but yeah, sedih loh rasanya saat harus face the fact bahwa hampir seluruh teman dekat liburan bareng tanpa saya. It still hurt though, karena liburan ini sudah direncanakan dari jauh hari dan kapan lagi bisa kumpul ke luar negeri bareng dengan segitu banyak nya orang? Apalagi saya yang tiap hari search apartment di airbnb, niat ngajak meeting untuk nentuin apartment mana yang mau diambil, sampai ngobrol telpon-telponan sama pemilik apartment nya untuk nentuin tempat meeting point disana. Emang udah apes aja sih masuk Rumah Sakit H-2 sebelum berangkat. Jadilah di tahun ini saya khusus kan sebagai tahun untuk bersenang-senang. Liburan dan shopping. Buset gak pernah sesering ini pergi liburan dalam setahun dan gak pernah saya belanja seboros ini. Ada masa nya selama 1 bulan penuh weekend gak di jakarta. Berangkat jumat after office hour, pulang minggu last flight. Sampe receptionist kantor udah biasa kalo saya titipin koper di hari jumat. "Brangkat kemana lagi mba?", selalu gitu pertanyaannya.

Berkat resolusi ini saya jadi kenal dengan orang-orang baru dan punya lingkungan baru. Pokoknya saya lalui dengan having fun sebisa mungkin. Gong nya sih saat pertengahan tahun ke Europe. Yes. Pertama kali nya saya menginjakkan kaki disana. Banyak dari kalian sudah biasa bolak-balik Europe or Amrik, tapi untuk saya yang harus nabung liburan pure dari uang sendiri, it was a dream come true. Sesuai dengan resolusi foya-foya, dari Januari setiap bulan setengah gajian di sisihkan untuk langsung tukar ke Euro, karena saya ingin menikmati liburan disana dengan enak-enakan. Gak mau yang udah sampe sana tapi kere. Jadi mau belanja apa aja terserah, mau makan mahal juga ayo aja.  Boleh lah sekali-kali nya saya belanja or pesen makan tanpa mikir harga. Mumpung belum ada yang harus ditanggung, masih lajang bisa berbuat apa aja. Saya mikirnya sih "kapan lagi kalo gak sekarang?". Resolusi ini pula yang membuat saya sedikit abnormal, berasa duit gak berseri. Saya rela tiap hari bawa bekal ke kantor demi bisa liburan keluar Jakarta saat weekend. Pokoknya beneran dilewati maksimal untuk liburan dan belanja. That's it.

Nah, hari ke-365 di tahun ini saya melakukan evaluasi diri. Flashback kembali tentang apa saja yang sudah saya lakukan. Beneran loh setelah dipikir-pikir resolusi dijalani dengan niat, hajar terus tanpa jeda. Kalau inget jumlah uang yang dikeluarkan memang jadi ada rasa penyesalan. Tapi saat mengingat memories yang dihasilkan dari perjalanan resolusi ini memang worth it untuk dilalui. Boleh lah di masa dewasa muda sekali aja selama setahun full hambur-hamburin duit. Walaupun diperjalanan saya merasa sedikit diluar batas, apalagi inner circle saya sampai merasa saya condong berubah menjadi lebih acuh, lebih seenaknya, dan seru dengan dunia sendiri. Tapi gimana pun juga, that's not my "real-me", ini hanya proses perjalanan sebuah resolusi yang dibuat atas dasar balas dendam. Di tahun 2016, resolusi nya tentu berbeda dengan tahun ini, karena resolusi berikutnya dibuat tanpa dibalut emosi.

Overall, dengan resolusi aneh saya yang ternyata bisa tercapai, tahun 2015 menjadi tahun terbaik saya hingga saat ini. Tahun ini dilalui dengan perasaan puas yang amat sangat. Pengalaman liburan dan belanja seenak jidat gak akan bisa saya lupakan. Pelajaran pentingnya pertemanan yang saya lalui akibat obsesi sebuah resolusi merupakan sepenuhnya proses pendewasaan. Ditambah tahun ini diakhiri dengan something that makes my heart smile. Saya bingung sih jelasin nya karena susah untuk deskripsikan, but yes, that is you Tara.

January 7, 2015

Mereka yang Tak Beruntung


Banyak yang belum terwujud, masih banyak hal yang ingin diraih, banyak pengetahuan yang ingin di mengerti, banyak tempat yang ingin dikunjungi. Terlalu banyak hal lainnya yang tidak kunjung habis untuk dikejar. Ini yang disebut mimpi. Sudah seharusnya mimpi tidak habis, tidak pernah puas, namun tetap terbatas. Untuk menyukuri sejenak apa yang sudah hadir, sebelum disibukkan kembali untuk melihat kedepan dan terlanjur tidak menikmati apa yang sudah menjadi bekal.

Sering saya menoleh kepada seseorang. Termengu oleh hidup yang ia miliki. Seperti tanpa usaha untuk meraih, mendapatkan apa yang ia tuju, bisa menikmati hidup. Enak sekali rasanya. Hidup seakan berjalan lurus tanpa belok. Apa yang saya mau, ia punya. Apa yang saya kejar, ia dapatkan. Dibalik buaian ini saya tidak tersadar, bahwa seseorang yang saya puja itu ternyata balik menoleh kepada saya, dan berharap untuk memiliki apa yang saya miliki. Apa yang sedang terjadi dalam hidup saya, ternyata ia berharap memiliki warna hidup yang saya punya. Dibalik ketidakpuasan saya, ternyata ia ingin menjadi saya. Saya terus berpikir kok bisa ya? Dari keseluruhan apa yang sudah ia genggam, ia bisa bisa nya terdiam termenung iri melihat hijau nya warna hidup saya kini.

Saya jadi tersadar, dibalik ketidak puasan saya akan hidup, untuk apa saya terus bergumam? Terus merasa kurang, padahal ada orang yang merasa saya sempurna. Insecure karena kurang pengetahuan namun sebetulnya ada orang yang merasa saya pintar. Saya jadi berpikir, apakah saya terlalu mendorong diri untuk maju? Terus mengeluh, terus merasa kalah. padahal bila ditarik ke belakang, apa yang sudah diraih ternyata lebih dari cukup. Saya merasa terpasung oleh mimpi. Tidak berterimakasih atas diri yang sudah membawa jalan hidup seperti sekarang. Dikelilingi oleh orang-orang terbaik, dibalut indahnya kebersamaan, tidak pernah dibiarkan sendiri, penuh dengan senyuman. Ternyata, tidak semua orang mendapatkan apa yang saya dapatkan. Susah memang untuk menyadari bahwa hidup yang kita gores sekarang ini sudah jauh dari berwarna. Jauh dari angan-angan dan mendekati sempurna. Terus merasa kurang, namun sebetulnya sempurna di mata orang. 

Disadarkan nya saya dari mata orang lain. Bahwa sejauh apapun mimpi ini, apa yang sudah dilewati harus dinikmati, karena siapa yang tidak bersyukur, sebetulnya mereka lah orang-orang tidak beruntung. 

January 4, 2015

Hello 2015

I'm back!!

Happy new year 2015! I've got a story to tell. This end of 2014 saya dengan 9 temen lainnya brangkat liburan bareng. Ide liburan ini sudah direncanakan dari jauh jauh hari sebelum nya. Ketebak, I'm the planner, so I was arranging this trip 3 months before. Suka duka banget banget bikin plan liburan begini. Dimulai dari ngajak anak-anak meeting yang pembahasan meeting nya tong kosong nyaring bunyi nya namun selalu berakhir dengan big hung-over, cari apartment yang ternyata lebih susah dari cari jodoh. Harus jeli browsed lewat Airbnb untuk dapat range kualitas & harga yang pas. Yang satu mau yang ini, yang satu mau itu kembali tong kosong nyaring bunyinya dan ujung-ujung nya dipilih yang paling mahal juga. Sampe arranged final meeting untuk ngomongin NYE nya mau ngapain tapi kali itu saya udah keburu hopeless, karena cerita meeting nya ini lagi ini lagi. Yang heboh saya, yang lain buka botol trus lupa kalo lagi meeting sampe besok pagi nya ada yang text "Jadi intinya NYE kita mau ngapain?"

Tapi dibalik keribetan itu semua, yang nama nya liburan bersama teman ujung nya akan menjadi momen yang seru banget. Pelepas lelah dari semua beban di badan. Bayangkan setelah berbulan-bulan badan di paksa untuk bekerja di belakang meja kantor, meeting sana sini, dimarahin bos kanan kiri, liburan akhir taun sudah lebih dari cukup menjadi kunci jawaban untuk me-refresh badan kembali. Ngirit bareng, perasaan campur aduk antara over excited dan bingung nasib post holiday sebulan kedepan mau makan apa, sudah kami pikirkan bersama. Mulai hunting baju-baju lucu, mulai fashion show sendiri di kamar sampai tuker-tuker dollar. Akhirnya, notes "YES HONGKONG" itu pun semakin di depan mata dan menunjukkan 48 jam lagi menuju kesana. dan disaat itu pun, bersamaan dengan kalimat "Really can't wait for our holiday keeeeii!!" tepat sasaran, sadistis, tanpa basa basi, to the point.... bahwa saya di vonis demam berdarah. 

HOLIDAY MY ASS.