September 11, 2022

Yakin Ini Bukan Denial?


Mungkin sebagian besar dari kalian sudah cukup familiar dengan physical self-love, istilah yang tujuannya untuk mencintai bentuk tubuh sendiri apa adanya terlepas dari standarisasi di masyarakat. Sudah banyak pihak yang menyuarakan campaign ini dengan memberikan efek positif untuk bangga terhadap bentuk apapun fisik yang dimiliki. Sayangnya semakin banyak campaign yang bermunculan, semakin banyak pula individu yang mengartikannya dengan penerimaan diri apa adanya secara berlebihan, terlalu menerima kondisi yang ada sehingga mengesampingkan kesehatan. 

Jadi apa sebenarnya arti physical self-love? Apa kamu benar-benar menerima diri apa adanya atau sebenarnya merupakan perilaku denial

***

Dalam rentang yang cukup lama, hampir semua media, merek fesyen dan merek kecantikan membentuk perempuan berbadan langsing dan laki laki atletis sebagai standarisasi fisik ideal. Secara tidak sadar masyarakat cenderung terbawa untuk mengejar nya sehingga memproduksi tekanan sosial. Padahal secara general population, genetik fisik seperti itu hanya didapatkan oleh sebagian kecil individu. Akibatnya, cukup banyak yang mengalami gangguan kesehatan mental seperti body-dismorphic disorder (BDD), yaitu kondisi kepercayaan yang berlebihan mengenai adanya kekurangan pada bentuk fisiknya atau body-image disturbance (BID) yaitu kondisi selalu merasa kelebihan pada ukuran tubuh dan berat badan dengan output nya berupa eating disorder

Beberapa tahun terakhir, banyak komunitas sosial yang berani menentang konstruksi ini lewat pandangan physical self-love yang lebih bisa diterima oleh semua. Disuarakan untuk mematahkan standarisasi fisik tubuh yang selama ini terbentuk. "Kita berhak memilih bentuk badan yang diinginkan", "Kita bebas mempertahankan ukuran tubuh", atau "Kita harus bisa nyaman dengan tubuh sendiri". Walaupun campaign ini tujuannya mulia, namun semua informasi yang hadir perlu di saring balik pada diri sendiri. Apakah statement ini memberikan efek positif pada diri, atau justru menjadi pembenaran sebagai alasan untuk bisa bersikap malas? 

Keterbatasan waktu pada social media platform sering menyebabkan muncul hambatan dalam memberikan informasi yang mendalam. Sehingga kita sebagai pihak penerima harus lebih kritis dalam mengelaborasikannya. Salah satu pemahaman physical self-love yang ditakutkan akan menjadi trigger kekeliruan ialah dengan mengajak individu untuk menjunjung tinggi kebebasan dalam memilih bentuk tubuh nya sendiri. Walaupun tujuannya positif, hal ini dapat menjadi ajang pembenaran untuk individu yang memang enggan menjalani hidup aktif. Output seperti ini dapat memicu self-deception, yaitu perilaku denial dan irrational dengan menghindari fakta yang sudah terbukti kebenarannya. Berbahaya bila dipercayai oleh individu dengan suatu kondisi penyakit atau memiliki kecenderungan riwayat kesehatan tertentu. Bisa melahirkan sifat pasrah apa adanya dan merasa tidak perlu melakukan perubahan yang menimbulkan rasa ketidakinginan untuk bergerak. 

Menyuarakan physical self-love itu harus tepat dan hati-hati. Fisik orang beragam, begitu juga dengan kondisi kesehatan. Akan lebih baik bila memahami dulu penting nya keadaan fisik lebih mendalam, lalu mendorong diri untuk menjaga nya. Physical self-love itu datang dari hati. It's all about acceptance and maintain your body at the same time. We must love our body by giving the best treatment. Tahu batasan tubuhnya, namun tinggi kepedulian untuk merawat. Mencintai diri dengan menyadari kesehatan harus lebih diutamakan dibandingkan menerima bentuk tubuh sendiri apa adanya tanpa upaya preventif. Semakin bertambah umur, tubuh akan semakin rentan dengan penyakit. Menjaga tubuh caranya bisa beragam, tidak harus dengan olahraga berat seperti para fitness enthusiast yang sedang "in" di social media. Temui kegiatan yang cocok untuk dirimu sendiri. The important thing is to believe in what you do. Jangan cepat terlena dengan statement mengenai cara mencintai tubuh yang mengesampingkan logika. Pintar lah memilah informasi, karena pada dasarnya physical self-love ialah merawat diri sendiri, bukan dengan melahirkan kepasrahan. Penurunan kemampuan fisik akan hadir seiring dengan penuaan, namun, kita bisa memperpanjang masa sehat dengan menjalani hidup yang lebih aktif. 

Perlu dipahami bahwa tidak semua individu mendapatkan kesempatan bisa memprioritaskan diri nya karena tanggung jawab lain yang harus lebih diutamakan. Untuk yang sedang berada dalam fase ini, don't worry. Fase yang sedang kamu jalani bisa jadi ialah mimpi orang lain. So be grateful for what you have now and enjoy your moment. Jalani proses nya pelan-pelan, nanti akan ada waktu nya prioritasmu kembali berubah dan bisa lebih terfokus untuk diri sendiri. Jadi, untuk individu yang memiliki privilege waktu untuk mengurus diri, pergunakan dengan maksimal. Don't take it for granted

Sehat itu nyaman. Sayangi diri dengan mulai menjaga nya dari sekarang. It's never too late.