June 3, 2013

Sosialita Generasi Muda Jakarta (Selatan)

Reproduction art deco

Kehidupan glamor Jakarta saya akui memang seru sekali untuk di bahas. Tulisan saya berjudul "Sosialita MY ASS" terus jadi rangking 1 pembaca terbanyak di blog ini, walaupun tanpa pembahasan mendalam dan hanya berupa ungkapan kekesalan belaka tentang anak-anak sok kaya. Dari sini saya berkesimpulan bahwa banyak masyarakat Indonesia yang haus akan pembahasan sosialita. Semua hal yang membahas tentang sosialita berhasil menjadi sorotan masyarakat, salah satu nya ialah buku yang saya baca kemarin, "KOCOK" The Untold Stories of Arisan Ladies and Socialities oleh Nadya Mulya dan Joy Roesma. Buku ini membahas kehidupan utama para istri hedon di kota besar, yang tidak salah lagi ialah Arisan. Arisan yang dijelaskan menjadi ajang pamer harta dan kasta sosial dijabarkan dengan detail sejembreng, yang tentu nya bikin saya cekikikan karena sangat familiar dengan yang saya kenal. Bagus sekali pembahasannya bagi orang yang ingin mengetahui seperti apa kehidupan para istri-istri kaya raya dan sangat cocok untuk dijadikan ensiklopedia dan buku pintar para social climber. You should buy that book.

Tidak sedikit dari buku tersebut yang saya akui memang itulah yang terjadi pada kehidupan orang Jakarta, walaupun kelakuan angkatan saya belum separah itu. Di umur 20an, kata sosialita masih belum menjadi pembahasan umum, lebih familiar pada "Anak Gaul Jakarta", yang sebetulnya isi nya mayoritas dari anak Selatan, lebih cocok disebut "Anak Gaul Jakarta (Selatan)", kita coba persingkat saja dengan AGJ(S). Saya jelaskan kenapa hingga ada penyebutan seperti itu;

AGJ(S) berisi sekumpulan anak anak dari kelas sosial B+ keatas (keatas nya bisa mentok sampai A+++), range umur 20-35 dengan penghasilan yang didapat dari pekerjaannya sebagai eksekutif muda atau turunan duit dari orang tua nya yang kaya raya. Nah AJG(S) ini memiliki kegemaran yang sama, yaitu bersosialisasi. Cara bersenang senang mereka ialah blend dan kenal sebanyak mungkin orang orang yang ada disana. Tenang, hanya segelintir orang kok yang snob banget, sisa nya mereka itu sangat friendly. Kenalan dan ngobrol sih mereka open banget. Hanya saja, untuk masuk ke kelompok nya itu yang memang benar benar harus sederajat.

AGJ(S) hidup sangat berkelompok. Bahasa lain nya ialah geng, tapi istilah geng itu kurang enak untuk didengar. Harus disebut kelompok karena anggota nya sudah terdaftar jelas dan menjadi 1 paket. Para kelompok ini dipertemukan setiap minggu nya di tempat hangout Jakarta yang sama dalam waktu yang sama, membuat kelompok A saling mengenal kelompok B, kelompok C, kelompok D dan seterusnya. Pertemuan intens ini membuat  mereka saling mempelajari siapa saja anggota nya. Berbeda dengan pembahasan di buku KOCOK, AGJ(S) tidak memiliki nama kelompok layaknya nama arisan. Namun para AGJ(S) ini sudah hafal betul siapakah dia dan berada di kelompok yang mana. Anggota yang berada di kelompok A akan jarang sekali mau bergabung di table kelompok B. Jelas karena numpang table orang lain itu sangat menurunkan eksistensi dan pride. Botol yang dibuka di table pun gak bisa sembarangan. Bukan merupakan keharusan sih, namun sudah menjadi peraturan tidak tertulis saja. Coba jabarkan kali ya? Jangan serius-serius amat ah these probably just a joke;

Tipikal Anak Gaul Jakarta (Selatan) :
1. Harus open table dengan pilihan alkohol nya Macallan, Vodka Grey Goose atau Martell. Mau mahal dikit boleh pilih Hennessy. Buka botol juga harus dilihat jumlah orang nya. Jangan mau disamain sama anak party baru keluar kandang yang biasanya dateng segambreng tapi botol nya cuma 1. Perlu diingat bahwa Absolut Vodka, Smirnoff, atau Jack Daniels sudah terlanjur mendapatkan cap khusus untuk anak anak kere;
2. Gak ada anggota yang jelek, kalau jelek sebaiknya tajir atau memiliki background nama keluarga yang menjanjikan;
3. All Access. Gak akan deh lihat anak AGJ(S) bayar cover charge. Sudah pasti pakai Guest List. Gak dapet Guest List? Mending cari tempat lain; 
4. Baju terserah mau pake apa yang penting tas nya branded
5. Hal yang wajar untuk kenalan dengan orang yang sama berulang kali. Bukan pelupa, tapi gengsi untuk nyebut nama duluan.
6. Last but not least, pantang minta foto bareng artis, "Yaiyalaaah hellooooh artis itu temen kita".

AGJ(S) hidup berkelompok. Saking berkelompok nya, bila ada anggota baru yang mendadak muncul di salah satu kelompok, pasti ada aja yang mempertanyakan. Siapa ini si newbie? Anak dari mana dia (dimaksudkan sebagai asal negara kuliah)? Dulu main sama siapa? Mereka kalau ada newbie begini biasanya bingung. Kok baru muncul sekarang? Pertanyaan akan terus bermunculan hingga latar belakang keluarga nya. Tidak obvious banget sih, karena mereka bukan anggota arisan, tapi pertanyaan diatas kerap muncul berbayang berdampingan dengan si newbie. AGJ(S) tidak terlalu melihat orang dari merek tas nya, namun lebih pada latar belakang ke-eksisan nya. Kalo tas, gak usah dipertanyakan, udah pasti branded juga. High heels juga gak mungkin lah pake yang murah. Mereka memang asik asik dan tahu betul cara bersenang senang yang high class. Tapi itu semua tidak terluput dari berbagai macam kekurangan. Pertama ialah kebiasaan ngomongin orang lain. Kalau ngomongin kelompok lain sih sudah lumrah. Baik baik di depan tapi ngomongin kejelekan anggota kelompok lain di belakang pun sudah di normalkan. "Yah, namanya juga anak Jakarta", katanya. Tapi kalo dalam kelompok yang sama bisa tuker-tukeran pasangan, hingga ngomongin jelek sesama anggota kelompok yang sama, cuma terjadi di sini. Wah omongannya bisa parah banget, fake gila. Ngerasa dia sempurna aja. Padahal semua sifatnya kurang lebih sama. Kekurangan kedua ialah merasa kelompok nya ialah kelompok yang paling eksis. Nah ini dia. Gawat. kelompok A dan kelompok B semua saling kenal, pasti akan ngobrol asik asikan dan foto bareng namun gak mungkin bersatu dalam satu table. Kalau pun cuma ada satu table sehingga mereka terpaksa jadi satu, kepemilikan botol nya beda-beda. "Eh ini botol gue bukan? Iya yang itu botol lo". Gak bakal lah mau keliatan minta. Harus kelompok nya yang terlihat paling eksis. Paling buka botol terbanyak. Paling cantik-cantik. Paling hebring diantara semua nya.

***

Itulah secuil gambaran Anak Gaul Jakarta. Berisi anak anak Selatan dengan pakaian yang wah namun gak norak. Anak anak orang kaya tapi gak berlebihan. Anak anak yang terlihat ramah namun ngomongin dibelakang. Semua ini hanyalah gambaran fakta yang ditulis untuk dibaca tanpa beban pikiran dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai salah satu gaya hidup anak muda Jakarta. Tentu nya bukan untuk menyinggung dan menyudutkan salah satu kelompok atau individu. Mau membenarkan atau menambahkan? Silahkan! Saya tunggu komentar anda :)