November 9, 2022

Keinginan/Kebutuhan

Pertanyaan what’s your goal terdengar rada cliche di telinga. Akibat terlalu sering dipakai, menghasilkan jawaban template. Dimulai dari interview kerja, ngobrol sama orang, sampai menentukan tujuan latihan olahraga. 

Seperti yang aku share di sharing session @8020project.id tempo lalu, seorang trainer akan lebih baik kalau bisa mengulik goal client berdasarkan apa yang dibutuhkan, bukan hanya mendengarkan dari apa yang diinginkan. Bayangin orang yang sudah beberapa kali ketemu trainers, berapa trainer yang nanya tentang goal? Pasti semua nya. Makanya jarang sekali aku nanya “what’s your goal” ke client baru, karena jawabannya hampir sama semua. Dari  1-10, 9 orang ingin kurusin badan. Wajar menempatkan goal setting dalam bentuk fisik, karena pada umum nya fisik yang terlihat kasat mata masih jadi tujuan utama untuk memulai latihan olahraga. Mayoritas orang juga setting fitness goal nya berdasarkan keinginan yang belum tercapai. Maka itu, daripada mempertanyakan yang jawabannya akan sama, biasanya aku ubah kalimat dengan “apa kendala dari tubuhmu yang mempengaruhi kegiatan sehari-hari?”. 

Kalau ternyata ada, biasanya aku giring untuk kejar itu dulu. Dengan menyadari kendala nya, bisa menjadi goal yang lebih terasa ada di depan mata. Misalnya, pengen bisa jalan kaki tanpa dengkul sakit dan nafas ngos-ngosan atau buang air besar jadi lancar. Hold on, buang air besar? Yes. Salah satu efek dari rajin strength training ialah metabolisme yang membaik. My metabolism is much better now than when I was in my 20s. Ini juga sudah dirasakan sendiri sama clients ku. I have to mention salah satunya @anashzinnia please share di kolom komen! 

Bikin deh layers dari goal kamu. Utamakan yang dibutuhkan tubuh dulu, lalu layer kedua baru yang diinginkan yang biasanya dalam bentuk fisik. Lebih mudah juga untuk mengejar goal yang dibutuhkan tubuh karena less pressure. Kalau konsisten latihan, nanti hasilnya akan muncul bersamaan. 

Punya goal bentuk fisik boleh banget, asal realistis. Pusing trainer nya kalau goalnya pengen badan kayak Kendall Jenner. Mending anda photoshop.

September 11, 2022

Yakin Ini Bukan Denial?


Mungkin sebagian besar dari kalian sudah cukup familiar dengan physical self-love, istilah yang tujuannya untuk mencintai bentuk tubuh sendiri apa adanya terlepas dari standarisasi di masyarakat. Sudah banyak pihak yang menyuarakan campaign ini dengan memberikan efek positif untuk bangga terhadap bentuk apapun fisik yang dimiliki. Sayangnya semakin banyak campaign yang bermunculan, semakin banyak pula individu yang mengartikannya dengan penerimaan diri apa adanya secara berlebihan, terlalu menerima kondisi yang ada sehingga mengesampingkan kesehatan. 

Jadi apa sebenarnya arti physical self-love? Apa kamu benar-benar menerima diri apa adanya atau sebenarnya merupakan perilaku denial

***

Dalam rentang yang cukup lama, hampir semua media, merek fesyen dan merek kecantikan membentuk perempuan berbadan langsing dan laki laki atletis sebagai standarisasi fisik ideal. Secara tidak sadar masyarakat cenderung terbawa untuk mengejar nya sehingga memproduksi tekanan sosial. Padahal secara general population, genetik fisik seperti itu hanya didapatkan oleh sebagian kecil individu. Akibatnya, cukup banyak yang mengalami gangguan kesehatan mental seperti body-dismorphic disorder (BDD), yaitu kondisi kepercayaan yang berlebihan mengenai adanya kekurangan pada bentuk fisiknya atau body-image disturbance (BID) yaitu kondisi selalu merasa kelebihan pada ukuran tubuh dan berat badan dengan output nya berupa eating disorder

Beberapa tahun terakhir, banyak komunitas sosial yang berani menentang konstruksi ini lewat pandangan physical self-love yang lebih bisa diterima oleh semua. Disuarakan untuk mematahkan standarisasi fisik tubuh yang selama ini terbentuk. "Kita berhak memilih bentuk badan yang diinginkan", "Kita bebas mempertahankan ukuran tubuh", atau "Kita harus bisa nyaman dengan tubuh sendiri". Walaupun campaign ini tujuannya mulia, namun semua informasi yang hadir perlu di saring balik pada diri sendiri. Apakah statement ini memberikan efek positif pada diri, atau justru menjadi pembenaran sebagai alasan untuk bisa bersikap malas? 

Keterbatasan waktu pada social media platform sering menyebabkan muncul hambatan dalam memberikan informasi yang mendalam. Sehingga kita sebagai pihak penerima harus lebih kritis dalam mengelaborasikannya. Salah satu pemahaman physical self-love yang ditakutkan akan menjadi trigger kekeliruan ialah dengan mengajak individu untuk menjunjung tinggi kebebasan dalam memilih bentuk tubuh nya sendiri. Walaupun tujuannya positif, hal ini dapat menjadi ajang pembenaran untuk individu yang memang enggan menjalani hidup aktif. Output seperti ini dapat memicu self-deception, yaitu perilaku denial dan irrational dengan menghindari fakta yang sudah terbukti kebenarannya. Berbahaya bila dipercayai oleh individu dengan suatu kondisi penyakit atau memiliki kecenderungan riwayat kesehatan tertentu. Bisa melahirkan sifat pasrah apa adanya dan merasa tidak perlu melakukan perubahan yang menimbulkan rasa ketidakinginan untuk bergerak. 

Menyuarakan physical self-love itu harus tepat dan hati-hati. Fisik orang beragam, begitu juga dengan kondisi kesehatan. Akan lebih baik bila memahami dulu penting nya keadaan fisik lebih mendalam, lalu mendorong diri untuk menjaga nya. Physical self-love itu datang dari hati. It's all about acceptance and maintain your body at the same time. We must love our body by giving the best treatment. Tahu batasan tubuhnya, namun tinggi kepedulian untuk merawat. Mencintai diri dengan menyadari kesehatan harus lebih diutamakan dibandingkan menerima bentuk tubuh sendiri apa adanya tanpa upaya preventif. Semakin bertambah umur, tubuh akan semakin rentan dengan penyakit. Menjaga tubuh caranya bisa beragam, tidak harus dengan olahraga berat seperti para fitness enthusiast yang sedang "in" di social media. Temui kegiatan yang cocok untuk dirimu sendiri. The important thing is to believe in what you do. Jangan cepat terlena dengan statement mengenai cara mencintai tubuh yang mengesampingkan logika. Pintar lah memilah informasi, karena pada dasarnya physical self-love ialah merawat diri sendiri, bukan dengan melahirkan kepasrahan. Penurunan kemampuan fisik akan hadir seiring dengan penuaan, namun, kita bisa memperpanjang masa sehat dengan menjalani hidup yang lebih aktif. 

Perlu dipahami bahwa tidak semua individu mendapatkan kesempatan bisa memprioritaskan diri nya karena tanggung jawab lain yang harus lebih diutamakan. Untuk yang sedang berada dalam fase ini, don't worry. Fase yang sedang kamu jalani bisa jadi ialah mimpi orang lain. So be grateful for what you have now and enjoy your moment. Jalani proses nya pelan-pelan, nanti akan ada waktu nya prioritasmu kembali berubah dan bisa lebih terfokus untuk diri sendiri. Jadi, untuk individu yang memiliki privilege waktu untuk mengurus diri, pergunakan dengan maksimal. Don't take it for granted

Sehat itu nyaman. Sayangi diri dengan mulai menjaga nya dari sekarang. It's never too late.

August 10, 2022

Masanya Menempatkan Emosi

Pilah lah emosi-mu. 

***

Tempatkan rasa emosi kepada orang yang berarti. Pasangan, keluarga dan teman-teman dekat. Rangsangan emosi negatif diluar tiga pilar itu gak perlu di masukkan dalam hati. Apabila mengandung hak asasi, baru boleh bereaksi. Kalau hanya berupa implicit dalam bentuk sindiran atau sekedar dipanas-panasi untuk menampung ego nya, sayangi energi, waktu dan batasi diri. Kita memiliki stress level tersendiri dan cerita masa lalu yang berbeda satu sama lain. Bagaimana meng-handle trauma di past life, sedang ada faktor apa saja yang membuat sedih, marah, kecewa, kadang output nya berbeda-beda. Sering terjadi tanpa sadar jadi attack orang lain. Well, you will never know apa yang sedang terjadi dengan orang ini, but you must be understand kalau setiap orang pernah ada di level insecure, termasuk kita sendiri. Are you the one who makes them feel insecure? Maybe yes but probably no. Sering terjadi saat kita secara subjektif di attack, sebenarnya itu luapan amarah yang poros nya bisa berasal dari mana aja. You don't need to fix them, they will heal themself one day.  Usaha aja untuk being non-judgemental terhadap orang yang sedang loud. Itu ialah respons awam manusia untuk menutupi insecurity. Maka itu gak perlu dilawan emosi nya. Let them attack you. Minta maaf kalau salah, tapi cukup diam kalau gak ada yang perlu diluruskan. We must realize that we are not an angel. Mau bersikap kayak apa, tetap akan ada celahnya untuk gak disukai. Kita gak bisa mengontrol pandangan dan perlakuan orang lain, tapi bisa mengontrol diri sendiri. Baik sama semua orang dan gak mudah ke kepancing emosi adalah contohnya. Di dunia ini manusia jalan bersamaan dengan problem hidup beda-beda. Semua punya cara stress coping mechanism nya masing-masing. Bagaimana bereaksi terhadap suatu trigger, akan menguji how happy our life are. 

Silent is golden.


April 24, 2022

Semesta Tidak Bungkam

Ia selalu berbicara dan membuka jalur untuk seluruh sketsa dalam lukisan hidup kita.
Semesta tidak pernah bungkam.
Mendengar dari setiap doa.
Bereaksi dari setiap langkah.
Ketika hidup sedang membingungkan, sebenarnya Ia mengarahkan.
Di tiap jalan yang ingin dilangkah, Ia membuka.
Peka-lah dengan clue-clue yang mampir tanpa sengaja.
Hidup yang dijalani, memang merupakan pilihan. 
Namun yang terjadi, sebenarnya sudah terlukis jalurnya. 
Karena kita ini hidup dalam naungan-Nya, bukan kebalikan.
Alam semesta mendengar dan memberikan yang dibutuhkan, 
Berbeda dengan kita yang meminta dari apa yang diinginkan. 
Semua yang terjadi, sudah didasari alasan.
Hidup itu roda. 
Kalau kamu sedang dibawah, tunggu aja. 

Selalu akan naik lagi tepat pada waktunya :)