November 22, 2010

Berada Di Pinggir? Memang Bisa?


Saya mengenal diri sendiri secara mendalam, ditambah ketika saya sudah 4 tahun menjalani kuliah di Psikologi, pengenalan mengenai diri itu semakin kuat. Karakter dan sifat saya ketahui mendalam bukan akibat membaca buku yang sebesar otak Einstein, namun dari sesama mahasiswa-mahasiswi yang bersama-sama ingin mengerti mengenai karakter manusia. Di lingkungan Psikologi, semua mahasiswa dituntut untuk melihat latar belakang dari segala bentuk karakter yang ada. Kenapa dia begini karena dibesarkan oleh orang tua yang menomer duakan dia, kenapa ia begitu karena terbiasa dijadikan pusat perhatian. Pengasahan itu yang memulai mahasiswa mahasiswi Psikologi jadi suka sok-sok an mengerti karakter saya. Tapi dari sok-sok an nya itu hampir semua benar. Hebat memang. 

Satu yang perlu digaris bawahi adalah: saya selalu berusaha untuk jadi pusat perhatian. Orang lain mungkin ngga mau mengakui ini. Tapi saya tahu ini sebenarnya kekurangan. Di perkuliahan, saya bertemu dengan orang-orang yang lebih dominan dibanding saya. Padahal saya itu dominannya luar biasa, tapi entah mengapa selama kuliah itu saya sering ngalah apalagi dalam perdebatan mengenai tugas kuliah. Saya suka jadi pusat perhatian, namun saya paling takut dibilang sok tahu. Saya pun tahu otak saya tidak seberapa untuk memperdebatkan permasalahan dengan bahasa sok pintar. Maka itu ketika ego saya sedang mencoba meraih jadi pusat perhatian, tiba-tiba entah stimulus apa yang membuat saya akhirnya mengalah. Tugas kelompok, merupakan salah satu ajang pemilihan siapa anggota yang lebih pintar dan siapa yang tidak. Saya sedikit tidak percaya diri mengenai kepintaran. dalam menghafal. Saya tahu batas kepintaran saya dan saya tahu kepintaran saya di bidang apa, maka itu segala organisasi dari sekolah hingga kuliah saya jalani. Masuk pada tugas kelompok, saya paling sering diam. bla bla bla ansjdhfgeheeiiee blabla blablablablablabala.. Bacot. Saya ngga ngerti mereka ngomong apa. Paling sering terjadi itu salah satu sahabat saya jelasin dengan bahasa yang lebih bisa dimengerti oleh saya. Mengalah untuk jadi pusat perhatian ketika tugas kuliah memang lebih tepat dibandingkan saya ngoceh panjang lebar dan ujung-ujungnya salah. Jadi, saya koreksi kalimat "selalu berusaha untuk jadi pusat perhatian". Maksud saya itu "hampir selalu".

Selain hal diatas, saya itu egois, galak, emosian, kalo ngomong blak-blakan, dan lainnya. Segala kekurangan saya, kecuali kekurangan saya dalam menulis, hampir semua sudah saya ketahui. Setiap ke-egoisan saya timbul, sebisa mungkin saya redam. Terkadang gagal, tapi sering saya tahan. Orang yang sudah terlanjur mengecap saya sebagai orang yang ngga mau kalah kadang ngga nyadar usaha saya untuk menahan hal itu tuh seperti apa. Saya itu sering ngalah. Tapi mungkin ngga gitu terlihat atau emang selalu gagal dimata teman-teman. Atau juga memang keinginan saya selalu disetujui orang sekitar. Jangan lihat saya sebagai orang yang amat terangat sangat tidak mau kalah. Saya memang seperti itu tapi saya selalu coba untuk kontrol. Setiap pembincangan mengenai "mau kemana","ini duit siapa","bagusan pake ini atau itu" yang dimana omongan saya tidak dijadikan result, disitulah saya mengalah. Karena saya tidak pernah kalah. 

Secara keseluruhan, anda bisa nilai, bisakan saya untuk berada di pinggir? 

No comments: